UNIVERSITAS GUNADARMA

Sabtu, 13 Desember 2014

bisnis


Wisata kuliner
Ayam bakar mas mono

Pecinta ayam bakar mana yang tidak mengenal lezatnya Ayam Bakar Mas Mono ini, rasanya yang khas dan harganya yang terjangkau membuat makanan satu ini disukai oleh banyak orang.
Makanan satu ini sudah mempunyai beberapa outlet di kota-kota besar, salah satunya di Jakarta. Di jakarta sendiri ayam bakar mas mono mempunyai tujuh outlet. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian profil Ayam Bakar Mas Mono

SEJARAH PERKEMBANGAN AYAM BAKAR MAS MONO

    Usaha rumah makan Ayam Bakar Mas Mono yang dirintis pertama kali oleh A. Pramono (Mas Mono), berdiri sejak tahun 2001, dengan berbekal sebuah gerobak yang di tempatkannnya di sebuah kampus ternama di Jakarta. Mas Mono memulai usahanya dengan semangat dan keinginan untuk dapat sukses seperti orang lain, “Seandainya orang lain bisa sukses,saya juga bisa” kata beliau.
     Mas Mono mengawali wiraswasta di daerah Pancoran Tebet, dengan menjadi tukang gorengan. Setelahitu Mas Mono mendapatkan lapak kecil di depan Universitas Sahid, Tebet. Mas Mono dengan istrinya memulai beralih berdagang ayam bakar. Mengapa ayam bakar? karena semua restoran besar atau kecil menjual ayam bakar dan pasti laku.
     Dengan kombinasi produk yang baik dan pelayanan yang baik, perlahan mulai mendapatkan hasil. Memulai berdagang dari 5 ekor ayam menjadi 80 ekor ayam per hari, dari satu orang karyawan menjadi beberapa orang karyawan.
     Ritik terang kesuksesan mulai benderang. Berawal dari seorang pelanggan yang juga adalah presenter salah satu TV di Indonesia, mas Mono ditawari untuk supply catering crew stasiun TV tersebut. Mas Mono juga mendapatkan tempat kecil yang semi permanen di Tebet Raya No. 57 untuk berjualan. Hanya 2 meja kecil, tetapi pelanggan mau untuk berdiri antri untuk membeli dagangannya.
     Tahun 2009, Mas Mono bertemu dan berkombinasi dengan Pak Hendry Setiono untuk mendirikan PT. Panen Raya Indonesia untuk mengembangkan Ayam Bakar Mono sebagai salah satu restoran yang di franchise-kan.
     Dengan management yang baik, Mas Mono bertransformasi menjadikan warung tradisional menjadi bisnis yang profesional. Sekarang, Mas Mono sudah memiliki lebih dari 64 cabang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan mempunyai mimpi untuk go Internasional.

OMSET YANG DIMILIKI

     Omset yang dimiliki Ayam Bakar Mas Mono ini bisa dikatakan cukup besar, bisa mencapai Rp 50 juta perbulan. Namun itu hanya di salah satu outlet di Jakarta. Total bisa berubah-ubah tergantung dengan lokasi outlet.
Seperti halnya warung ayam bakar Mas Mono. Menunya memang sederhana dan terlihat sepele. Hanya ada ayam bakar legit sedikit pedas, nasi putih hangat, dua iris mentimun, daun kemangi, kol, dan sambal merah. Namun, dengan menu ini ayam bakar Mas Mono mampu beranak pinak hingga memiliki 10 cabang.
Semula, Agus Pramono atau yang akrab disapa Mas Mono mengawali usahanya dari penjaja pisang cokelat dari satu SD ke SD yang lain. Keuntungannya sangat kecil. Kemudian dia tercetus untuk berjualan menu yang bisa diterima segala lapisan masyarakat, yakni ayam bakar.

Dengan dibantu istrinya, Mono lantas membuka warung ayam bakar kalasan di depan Universitas Sahid Jakarta pada tahun 2000. Kala itu, modalnya hanya Rp 500.000 yang digunakan untuk membeli 5 ekor ayam, bumbu lalapan, piring satu lusin, dan beberapa perlengkapan berjualan ayam.

Dengan racikan bumbu sang istri yang hobi memasak, mampu mendongkrak penjualan ayam bakarnya, dari 5 ekor ayam menjadi 20 ekor ayam per hari. "Sekarang, di Tebet Timur saja, sehari bisa menghabiskan 200 ekor," kata Staf Operational Ayam Bakar Mas Mono Sri Mulyati.

Dengan 10 gerainya, kini ayam bakar Mas Mono menghabiskan lebih dari 1.000 ekor ayam dengan ukuran 800 gram per ekor. Untuk seporsi ayam bakar ditambah segelas minuman ayam bakar Mas Mono mematok dengan harga rata-rata Rp12.500-Rp 15.000.

Sri mengatakan ketika orang ramai membicarakan flu burung, omzetnya sempat turun hingga 50 persen. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Perlahan orang mulai mengerti dan berani makan ayam. "Awalnya memang omzet turun hingga 50 persen, tapi warung kembali ramai lagi," tutur Sri.

Selain pelayanan yang cepat, untuk memikat pembeli, ayam bakar Mas Mono memajang sederet potret artis terkenal yang pernah bersantap di warungnya.

Ayam bakar Mas Mono memiliki trik tersendiri untuk membakar ayam dan menghasilkan rasa yang khas. Yakni, ayamnya tidak dibakar sampai kehitaman dan kering agar tidak terlihat legam. Selain itu, cara ini juga untuk menghindarkan rasa pahit yang biasanya menyertai ayam bakar.

Sri mengaku merebus ayamnya dengan sedikit air dan bumbu (mengungkep) terlebih dulu selama satu jam dalam suhu 100 derajat Celcius. Tujuannya, untuk membuat bumbu meresap dan daging.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar