Wisata kuliner
Ayam bakar mas mono
Pecinta ayam bakar mana yang tidak mengenal
lezatnya Ayam Bakar Mas Mono ini, rasanya yang khas dan harganya yang
terjangkau membuat makanan satu ini disukai oleh banyak orang.
Makanan satu ini sudah mempunyai beberapa outlet
di kota-kota besar, salah satunya di Jakarta. Di jakarta sendiri ayam bakar mas
mono mempunyai tujuh outlet. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian profil Ayam
Bakar Mas Mono
SEJARAH PERKEMBANGAN AYAM BAKAR MAS MONO
Usaha rumah makan Ayam Bakar Mas
Mono yang dirintis pertama kali oleh A. Pramono (Mas Mono), berdiri sejak tahun
2001, dengan berbekal sebuah gerobak yang di tempatkannnya di sebuah kampus
ternama di Jakarta. Mas Mono memulai usahanya dengan semangat dan keinginan
untuk dapat sukses seperti orang lain, “Seandainya orang lain bisa sukses,saya
juga bisa” kata beliau.
Mas Mono mengawali wiraswasta
di daerah Pancoran Tebet, dengan menjadi tukang gorengan. Setelahitu Mas Mono
mendapatkan lapak kecil di depan Universitas Sahid, Tebet. Mas Mono dengan
istrinya memulai beralih berdagang ayam bakar. Mengapa ayam bakar? karena semua
restoran besar atau kecil menjual ayam bakar dan pasti laku.
Dengan kombinasi produk yang
baik dan pelayanan yang baik, perlahan mulai mendapatkan hasil. Memulai
berdagang dari 5 ekor ayam menjadi 80 ekor ayam per hari, dari satu orang
karyawan menjadi beberapa orang karyawan.
Ritik terang kesuksesan mulai
benderang. Berawal dari seorang pelanggan yang juga adalah presenter salah satu
TV di Indonesia, mas Mono ditawari untuk supply catering crew stasiun TV
tersebut. Mas Mono juga mendapatkan tempat kecil yang semi permanen di Tebet
Raya No. 57 untuk berjualan. Hanya 2 meja kecil, tetapi pelanggan mau untuk
berdiri antri untuk membeli dagangannya.
Tahun 2009, Mas Mono bertemu
dan berkombinasi dengan Pak Hendry Setiono untuk mendirikan PT. Panen Raya
Indonesia untuk mengembangkan Ayam Bakar Mono sebagai salah satu restoran yang
di franchise-kan.
Dengan management yang baik,
Mas Mono bertransformasi menjadikan warung tradisional menjadi bisnis yang
profesional. Sekarang, Mas Mono sudah memiliki lebih dari 64 cabang tersebar di
Indonesia, Malaysia, dan mempunyai mimpi untuk go Internasional.
OMSET YANG DIMILIKI
Omset yang dimiliki Ayam
Bakar Mas Mono ini bisa dikatakan cukup besar, bisa mencapai Rp 50 juta
perbulan. Namun itu hanya di salah satu outlet di Jakarta. Total bisa
berubah-ubah tergantung dengan lokasi outlet.
Seperti halnya warung ayam bakar Mas Mono. Menunya memang sederhana dan
terlihat sepele. Hanya ada ayam bakar legit sedikit pedas, nasi putih hangat,
dua iris mentimun, daun kemangi, kol, dan sambal merah. Namun, dengan menu ini
ayam bakar Mas Mono mampu beranak pinak hingga memiliki 10 cabang.
Semula, Agus Pramono atau yang akrab disapa Mas Mono mengawali usahanya
dari penjaja pisang cokelat dari satu SD ke SD yang lain. Keuntungannya sangat
kecil. Kemudian dia tercetus untuk berjualan menu yang bisa diterima segala
lapisan masyarakat, yakni ayam bakar.
Dengan dibantu istrinya, Mono lantas membuka warung ayam bakar kalasan di
depan Universitas Sahid Jakarta pada tahun 2000. Kala itu, modalnya hanya Rp
500.000 yang digunakan untuk membeli 5 ekor ayam, bumbu lalapan, piring satu
lusin, dan beberapa perlengkapan berjualan ayam.
Dengan racikan bumbu sang istri yang hobi memasak, mampu mendongkrak
penjualan ayam bakarnya, dari 5 ekor ayam menjadi 20 ekor ayam per hari.
"Sekarang, di Tebet Timur saja, sehari bisa menghabiskan 200 ekor,"
kata Staf Operational Ayam Bakar Mas Mono Sri Mulyati.
Dengan 10 gerainya, kini ayam bakar Mas Mono menghabiskan lebih dari 1.000
ekor ayam dengan ukuran 800 gram per ekor. Untuk seporsi ayam bakar ditambah
segelas minuman ayam bakar Mas Mono mematok dengan harga rata-rata Rp12.500-Rp
15.000.
Sri mengatakan ketika orang ramai membicarakan flu burung, omzetnya sempat
turun hingga 50 persen. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Perlahan orang
mulai mengerti dan berani makan ayam. "Awalnya memang omzet turun hingga
50 persen, tapi warung kembali ramai lagi," tutur Sri.
Selain pelayanan yang cepat, untuk memikat pembeli, ayam bakar Mas Mono
memajang sederet potret artis terkenal yang pernah bersantap di warungnya.
Ayam bakar Mas Mono memiliki trik tersendiri untuk membakar ayam dan
menghasilkan rasa yang khas. Yakni, ayamnya tidak dibakar sampai kehitaman dan
kering agar tidak terlihat legam. Selain itu, cara ini juga untuk menghindarkan
rasa pahit yang biasanya menyertai ayam bakar.
Sri mengaku merebus ayamnya dengan sedikit air dan bumbu (mengungkep)
terlebih dulu selama satu jam dalam suhu 100 derajat Celcius. Tujuannya, untuk
membuat bumbu meresap dan daging.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar